Langsung ke konten utama

Unggulan

Tak Tersentuh

Ada ruang di dalam hatiku yang selalu waspada—tempat di mana harapan takut tumbuh terlalu tinggi. Aku pernah belajar, sayang, bahwa semakin besar harapanku, semakin dalam pula sakit yang kurasakan saat semuanya runtuh. Aku masih ingat rasanya dihancurkan oleh ekspektasi yang kugenggam erat. Dulu, aku begitu yakin pada janji yang ternyata hanya angin lalu. Sejak saat itu, aku belajar untuk tidak lagi berharap terlalu banyak—menahan diri agar tak terjatuh terlalu dalam. Tapi lalu kau datang, dengan senyum yang terasa begitu tulus dan tatapan yang seolah menjanjikan kebahagiaan. Jujur saja, aku ingin sekali percaya, ingin mengizinkan hatiku melangkah lebih jauh. Tapi ketakutan itu tetap ada, menyusup seperti bayangan gelap yang tidak mau pergi. Aku takut, sayang. Takut kalau semua ini hanya mimpi yang akan terbangun dengan luka baru. Takut jika aku kembali mempertaruhkan segalanya hanya untuk melihatmu pergi pada akhirnya. Kau mungkin tidak tahu seberapa besar perjuanganku untuk tetap...

Manfaat


Aku selalu ada. Saat mereka tersesat dalam gelap, aku menjadi lentera yang menerangi jalan mereka. Saat mereka jatuh, aku adalah tangan yang sigap mengangkat, membiarkan mereka berdiri lagi dengan tegak. Aku mendengar keluhan mereka, menyerap air mata yang jatuh, menenangkan hati yang dilanda badai.

Tapi saat semua reda, saat luka mereka sembuh dan langkah mereka kembali tegap, aku dilupakan. Mereka pergi tanpa menoleh, tanpa bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku hanyalah jembatan yang mereka lintasi, pijakan yang diinjak lalu ditinggalkan. Aku memberi tanpa mengharap, namun luka-luka ini tetap bertumpuk tanpa seorang pun yang peduli.

Malam-malam panjang kulewati dengan pertanyaan yang sama—mengapa mereka hanya datang saat butuh? Apakah aku tak lebih dari sekadar pelarian? Tak ada yang bertanya bagaimana perasaanku, apakah aku lelah, apakah aku juga butuh sandaran. Aku ingin meneriakkan semuanya, tapi suara ini tersangkut di tenggorokan, tercekat oleh kesadaran bahwa tak seorang pun benar-benar ingin mendengarkan.

Namun kini aku mengerti. Aku bukan cahaya untuk mereka yang hanya tahu meminta. Aku bukan tempat singgah bagi mereka yang tak pernah ingin tinggal. Aku mulai menyimpan sebagian dari diriku untukku sendiri, menyisakan cahaya untuk menerangi jalanku sendiri. Aku bukan milik mereka—aku juga milikku.

Komentar

Postingan Populer