Tak Tersentuh
Ada ruang di dalam hatiku yang selalu waspada—tempat di mana harapan takut tumbuh terlalu tinggi. Aku pernah belajar, sayang, bahwa semakin besar harapanku, semakin dalam pula sakit yang kurasakan saat semuanya runtuh.
Aku masih ingat rasanya dihancurkan oleh ekspektasi yang kugenggam erat. Dulu, aku begitu yakin pada janji yang ternyata hanya angin lalu. Sejak saat itu, aku belajar untuk tidak lagi berharap terlalu banyak—menahan diri agar tak terjatuh terlalu dalam.
Tapi lalu kau datang, dengan senyum yang terasa begitu tulus dan tatapan yang seolah menjanjikan kebahagiaan. Jujur saja, aku ingin sekali percaya, ingin mengizinkan hatiku melangkah lebih jauh. Tapi ketakutan itu tetap ada, menyusup seperti bayangan gelap yang tidak mau pergi.
Aku takut, sayang. Takut kalau semua ini hanya mimpi yang akan terbangun dengan luka baru. Takut jika aku kembali mempertaruhkan segalanya hanya untuk melihatmu pergi pada akhirnya.
Kau mungkin tidak tahu seberapa besar perjuanganku untuk tetap terlihat tenang di depanmu. Setiap kata yang kau ucapkan ingin sekali kuamini sebagai kebenaran. Tapi aku selalu menahan diri, berpura-pura kuat meski di dalam hatiku, ribuan kekhawatiran bergemuruh.
Jika nanti kau tahu tentang ketakutanku ini, jangan buru-buru pergi. Cukup dekati aku perlahan dan yakinkan bahwa harapan yang kau tawarkan bukanlah semu. Karena aku tidak butuh janji besar—cukup dengan keyakinan kecil bahwa kau tak akan meninggalkanku saat aku akhirnya berani mencintaimu sepenuh hati.
Komentar
Posting Komentar