Rumah yang Bukan Lagi Aku
Senja sore ini hanya aku yang tertinggal, duduk diam ditemani cahaya jingga yang perlahan memudar. Kamu telah pergi, sayang. Pergi mencari rumah baru yang menurutmu lebih layak untuk ditinggali. Aku tidak menyalahkanmu. Mungkin memang benar, kebersamaan kita tak lagi membuatmu merasa tenang. Namun, kepergianmu menyisakan sesuatu yang berat di dadaku. Rasanya seperti ada beban tak kasat mata yang menekan langkahku mundur. Aku mencoba tetap tegak, tapi jujur, sayang, aku nyaris kehilangan arah sejak kamu memilih menjauh. Aku masih mencari kehadiranmu di antara sisa-sisa kenangan yang tertinggal. Di udara sore yang pernah kita hirup bersama, di bangku tempat kita saling bersandar, di segala hal yang pernah jadi milik kita berdua. Sayang, semua itu kini hanya menyisakan hening yang menggema dalam kepala. Setiap malam, aku masih menyiapkan ruang di dalam doa untuk menyebut namamu. Aku tahu, mungkin doaku tak lagi sampai padamu, tapi aku tetap menyebutnya, sayang. Karena bagiku, mencintai...
Komentar
Posting Komentar