Langsung ke konten utama

Unggulan

Rumah yang Bukan Lagi Aku

Senja sore ini hanya aku yang tertinggal, duduk diam ditemani cahaya jingga yang perlahan memudar. Kamu telah pergi, sayang. Pergi mencari rumah baru yang menurutmu lebih layak untuk ditinggali. Aku tidak menyalahkanmu. Mungkin memang benar, kebersamaan kita tak lagi membuatmu merasa tenang. Namun, kepergianmu menyisakan sesuatu yang berat di dadaku. Rasanya seperti ada beban tak kasat mata yang menekan langkahku mundur. Aku mencoba tetap tegak, tapi jujur, sayang, aku nyaris kehilangan arah sejak kamu memilih menjauh. Aku masih mencari kehadiranmu di antara sisa-sisa kenangan yang tertinggal. Di udara sore yang pernah kita hirup bersama, di bangku tempat kita saling bersandar, di segala hal yang pernah jadi milik kita berdua. Sayang, semua itu kini hanya menyisakan hening yang menggema dalam kepala. Setiap malam, aku masih menyiapkan ruang di dalam doa untuk menyebut namamu. Aku tahu, mungkin doaku tak lagi sampai padamu, tapi aku tetap menyebutnya, sayang. Karena bagiku, mencintai...

Perempuan


Di tengah gemerlap malam, ada seorang perempuan yang menyerahkan seluruh dunianya pada lelaki yang dicintainya. Setiap detak jantungnya, setiap helaan nafasnya, dipenuhi oleh bayangan kekasihnya. Dia menenun mimpi-mimpinya dengan benang-benang kasih sayang, membiarkan hatinya terikat kuat pada sosok yang ia anggap sebagai pusat semestanya.

Namun, perlahan-lahan, seperti embun yang menghilang di bawah sinar mentari, dia mulai menyadari sebuah kenyataan yang tak bisa dihindari. Dunia sang kekasih ternyata lebih luas dari yang ia bayangkan. Ada banyak bintang lain yang berkelip di langitnya, banyak keindahan yang memikat perhatian sang kekasih, jauh di luar jangkauan cinta yang ia tawarkan.

Rasa perih menyusup dalam relung hatinya, menyadarkan dia bahwa dirinya bukanlah satu-satunya cahaya yang menerangi jalan kekasihnya. Namun, di balik kesedihan itu, ia menemukan kekuatan baru. Ia belajar untuk merangkai dunianya sendiri, menemukan kebahagiaan dalam dirinya sendiri, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada orang lain.

Di sanalah ia berdiri kini, dengan hati yang lebih kuat dan jiwa yang lebih bebas. Dia tetap mencintai, namun dengan kesadaran bahwa cinta sejati adalah yang memberi ruang untuk bernafas, bukan yang mengekang dalam batasan. Dia adalah perempuan yang telah menemukan dirinya kembali, meski dunianya pernah terhenti pada cinta yang ternyata tidak sepenuhnya untuknya.

Komentar

Postingan Populer