Langsung ke konten utama

Unggulan

Rumah yang Bukan Lagi Aku

Senja sore ini hanya aku yang tertinggal, duduk diam ditemani cahaya jingga yang perlahan memudar. Kamu telah pergi, sayang. Pergi mencari rumah baru yang menurutmu lebih layak untuk ditinggali. Aku tidak menyalahkanmu. Mungkin memang benar, kebersamaan kita tak lagi membuatmu merasa tenang. Namun, kepergianmu menyisakan sesuatu yang berat di dadaku. Rasanya seperti ada beban tak kasat mata yang menekan langkahku mundur. Aku mencoba tetap tegak, tapi jujur, sayang, aku nyaris kehilangan arah sejak kamu memilih menjauh. Aku masih mencari kehadiranmu di antara sisa-sisa kenangan yang tertinggal. Di udara sore yang pernah kita hirup bersama, di bangku tempat kita saling bersandar, di segala hal yang pernah jadi milik kita berdua. Sayang, semua itu kini hanya menyisakan hening yang menggema dalam kepala. Setiap malam, aku masih menyiapkan ruang di dalam doa untuk menyebut namamu. Aku tahu, mungkin doaku tak lagi sampai padamu, tapi aku tetap menyebutnya, sayang. Karena bagiku, mencintai...

Sembuh




Hari hari aku jalani seperti biasa. Tanpa 
sadar jika aku belum sembuh

Pagi ini aku melewati sebuah taman yang isinya banyak sekali bunga bunga. Rasanya ingin ku petik dan membawa pulang ke rumah. Ada mawar, anggrek, tulip, dan bahkan bunga mataharipun ada. Aku duduk di rumput tanpa alas sembari mengelus kelopak mawar. 

Sayang, kelopak merah tua itu berguguran. Aku memungut kelopak itu sembari menunduk merasa bersalah. 

Maafkan aku mawar 

Aku terus menyalahkan diriku, aku memegang dada ku yang rasanya sangat sesak. Tanpa sadar aku menangis. Aku menangis kencang di taman bunga itu. Aku menancapkan tanganku di duri mawar. Aku berpikir itu caraku untuk menebus rasa bersalahku. 

Tanganku kotor sayang, aku melukai mawar, aku melukai diriku. Maaf.

Derai tangisku semakin menjadi. Aku semakin menggenggam tangkai mawar yang dipenuhi duri itu. Darahku mengalir dan tangisku berakhir. Ternyata aku belum sembuh. Aku perlu pelampiasan untuk meredakan sakit hati. Aku harus apa? 3 tahun tangan bersihku tak bersentuhan dengan duri dan besi tajam. Apa yang harus aku lakukan sayang?

Aku melihat pergelangan tanganku. Perih rasanya, terlihat 3 duri menempel di telapak tanganku. Namun, aku tersenyum. Sensasinya masih sama. Masih seperti 3 tahun yang lalu. 

Komentar

Postingan Populer