Pergi yang Jauh
Pergimu yang menyesakkan dadaku, seperti kau membawa sebagian jiwa ku jauh pergi dari ragaku. Entah itu hal baik atau hal buruk. Akupun bingung sebenarnya. Terkadang semuanya terlihat baik dimataku, namun terkadang ada beberapa hal yang membuatmu menjadi antagonis diceritaku.
Entah aku yang terlalu berlebihan atau kau yang memang tidak pernah menganggapku ada. Seperti siang ini, saat semuanya begitu ramai disekitarku, aku hanya menjadi kerikil kecil yang bersembunyi diantara bebatuan besar ditaman. Mungkin jika kamu mencariku, aku akan ada.
Namun, aku sudah lelah menunggu, lelah bersembunyi dalam bayang-bayang dirimu. Sebab, tiap kali kau lewat, tak ada sapaan, tak ada pandangan. Aku hanyalah bayangan, kabur dan terlupakan. Seperti malam yang sunyi, tak pernah dipedulikan meski bintang-bintang bersinar begitu terang. Aku hanya ada di ujung angan, terpendam dalam relung hati yang entah kapan akan kau sentuh.
Aku sering bertanya pada diri sendiri, apakah aku terlalu rapuh hingga tak mampu menembus dinding ketegaranmu? Atau akukah yang terlalu membiarkan diriku tenggelam dalam perasaan yang tidak kau kenal? Sesekali aku ingin berteriak, tetapi suara itu hanya menggema dalam kesendirian, hilang ditelan hembusan angin yang lewat. Aku ingin kau mendengarnya, tapi mungkin kau terlalu sibuk dengan dunia yang jauh dari aku.
Dulu, aku mengira kita adalah dua jiwa yang saling melengkapi, dua potongan puzzle yang takkan pernah lepas. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa mungkin aku hanya bagian dari cerita yang terlupakan. Kamu berjalan di jalanmu, sementara aku terhenti di persimpangan, memandangi langkahmu yang semakin jauh menjauh.
Pernah aku berpikir, jika aku mencintaimu dengan lebih keras, mungkin kau akan menyadari keberadaanku. Tetapi cinta yang tak terbalas itu hanya membuat hatiku semakin rapuh, seperti daun yang kering di musim panas, jatuh dan terlupakan tanpa pernah mendapat kesempatan untuk berkembang.
Aku ingin sekali menjadi seseorang yang berarti bagimu, bahkan jika hanya dalam sekejap. Tapi, aku hanya bisa menjadi bayangan dalam ceritamu yang tak pernah kau tulis. Mungkin aku terlalu berharap pada sesuatu yang tak akan pernah terjadi, terlalu mendambakan kehadiran yang tak kunjung datang.
Kamu pergi, dan aku merasa aku ikut terbawa. Terbawa dalam kesendirian yang semakin dalam, yang semakin menghempaskan hatiku ke dasar yang lebih sunyi. Setiap langkahmu yang semakin menjauh hanya membuat aku semakin rapuh. Di mana aku harus mencarimu jika dirimu tak pernah ada di sini?
Mungkin ini yang dinamakan perpisahan, meski tak pernah ada kata yang terucap, meski tak ada alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan. Cukup diam saja sudah cukup untuk menghapus semua yang pernah ada. Seperti embun pagi yang hilang saat matahari datang, aku pun lenyap begitu saja.
Kini, aku hanya bisa merenung di sudut yang sepi, di tempat di mana aku dulu berharap kau ada. Di tempat di mana segala harapanku berserakan, tak terangkai, tak terjawab. Aku mencoba merelakan, meski hati ini masih sulit untuk menerima. Apakah memang takdirku untuk selalu ditinggalkan?
Ada kalanya aku berpikir, aku tak seharusnya merasakan kehilangan, karena mungkin aku tak pernah benar-benar memilikinya. Mungkin kita hanya bertemu di perempatan jalan, saling menatap, lalu berpisah tanpa sempat saling mengenal. Tak ada janji, tak ada ikatan yang cukup kuat untuk bertahan.
Perjalananmu yang jauh meninggalkan aku di sini, dengan segala kenangan yang tak terjamah, dengan harapan yang terus menggantung di antara kata-kata yang tak terucap. Aku hanya bisa berdoa, semoga suatu saat nanti, kamu akan menemukan apa yang hilang dari dirimu, meski itu bukan aku.
Aku belajar untuk mencintai diriku sendiri dalam keheningan ini, untuk merawat luka yang kau tinggalkan tanpa kau tahu. Aku belajar untuk berjalan tanpa menunggu langkahmu, meski hati ini masih berbisik, meminta kamu untuk kembali. Tetapi aku tahu, kamu sudah pergi terlalu jauh.
Dan di ujung perjalanan itu, aku hanya bisa berdoa dalam diam. Sebab, perpisahan ini bukan tentang siapa yang pergi atau siapa yang ditinggalkan. Ini tentang perjalanan kita yang entah sampai di mana, tapi aku tahu, aku harus melangkah sendiri.
Komentar
Posting Komentar