Sepele
Hal sepele bisa berdampak besar untukku, sayang. Mungkin bagimu itu hanya hal kecil yang tak perlu dipikirkan, tapi aku selalu merasakannya lebih dalam. Setiap kali kamu memalingkan wajah ketika kesal, rasanya seperti ada jarak tak kasat mata yang perlahan membentang di antara kita. Suasana yang tadinya hangat mendadak berubah dingin, dan aku hanya bisa diam, mencoba memahami apa yang salah.
Ada kalanya nada suaramu berubah dingin tanpa alasan, dan aku terdiam, sayang. Seolah-olah semua kata yang ingin kuucapkan terhenti di ujung lidah, takut salah dan semakin memperburuk keadaan. Saat itu, dadaku terasa sesak, dan pikiran buruk mulai berbisik pelan, memintaku bertanya-tanya apakah aku melakukan kesalahan.
Aku tahu mungkin aku terlalu peka. Mungkin perasaanku terlalu berlebihan menafsirkan hal kecil yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Tapi begitulah aku—terlalu mencintaimu, sayang, hingga setiap perubahan kecil pun terasa seperti badai.
Aku selalu menghitung detik yang berlalu ketika senyummu menghilang. Aku mengingat-ingat kembali percakapan terakhir, mencari tahu di mana letak kesalahanku. Rasa takut kehilanganmu begitu kuat, sampai-sampai aku merasa lelah oleh pikiranku sendiri.
Namun, saat kamu kembali tersenyum dan berkata bahwa semuanya baik-baik saja, bebanku langsung luruh. Seolah ribuan resah itu hilang hanya dengan satu sentuhan lembutmu. Kadang aku berharap kamu tahu betapa pengaruhnya hal kecil itu bagiku, karena di balik kerentananku, ada ketulusan yang ingin selalu menjaga apa yang kita punya, sayang.
Komentar
Posting Komentar