Langsung ke konten utama

Unggulan

Tak Tersentuh

Ada ruang di dalam hatiku yang selalu waspada—tempat di mana harapan takut tumbuh terlalu tinggi. Aku pernah belajar, sayang, bahwa semakin besar harapanku, semakin dalam pula sakit yang kurasakan saat semuanya runtuh. Aku masih ingat rasanya dihancurkan oleh ekspektasi yang kugenggam erat. Dulu, aku begitu yakin pada janji yang ternyata hanya angin lalu. Sejak saat itu, aku belajar untuk tidak lagi berharap terlalu banyak—menahan diri agar tak terjatuh terlalu dalam. Tapi lalu kau datang, dengan senyum yang terasa begitu tulus dan tatapan yang seolah menjanjikan kebahagiaan. Jujur saja, aku ingin sekali percaya, ingin mengizinkan hatiku melangkah lebih jauh. Tapi ketakutan itu tetap ada, menyusup seperti bayangan gelap yang tidak mau pergi. Aku takut, sayang. Takut kalau semua ini hanya mimpi yang akan terbangun dengan luka baru. Takut jika aku kembali mempertaruhkan segalanya hanya untuk melihatmu pergi pada akhirnya. Kau mungkin tidak tahu seberapa besar perjuanganku untuk tetap...

Sayap dan Rindu

Senja pernah menjadi saksi ketika angin membawa percakapan kita, menyelipkannya di antara dedaunan yang gemetar. Ada harapan yang kau titipkan di udara, mimpi-mimpi yang kau rajut dengan keteguhan, dan aku mendengarnya dengan hati yang penuh. Setiap kata yang kau ucapkan adalah janji bagi dunia, bahwa suatu hari kau akan berdiri di puncak yang kau dambakan.

Di bawah langit yang tak pernah letih menghamparkan warna, langkahmu semakin jauh, semakin teguh. Kau mengejar cakrawala yang pernah kau ceritakan, sementara aku tetap di sini, memandang jejak yang perlahan memudar. Tak ada keluh, tak ada duka—hanya bisikan lembut di hati bahwa kau harus terus berjalan, meski tanpa genggaman yang dulu kita bagi.

Sayang, cinta tak selalu berarti menahan. Ada rindu yang harus dilepas agar sayapmu tak patah di tengah perjalanan. Aku ingin kau meraih semua yang pernah kau impikan, ingin melihatmu bersinar tanpa bayang-bayang yang menghalangi. Biarlah aku menjadi angin di punggungmu, doa di kejauhan yang tak pernah lelah mengiringi.

Waktu berlalu, dan aku tetap di persimpangan yang sama, menatap langit yang kau tuju. Tak ada penyesalan, hanya kerelaan yang kubalut dengan kasih. Karena yang paling indah bukanlah menggenggam, tetapi melihatmu menemukan kebahagiaan, meski bukan bersamaku.

Namun, sayang… pernahkah kau berpaling sekali saja? Mencari jejak yang kau tinggalkan, dan bertanya apakah seseorang masih berdiri di sana, menunggumu dalam diam?

Komentar

Postingan Populer